Saat aku masih kecil, yang namanya
kehilangan sandal ketika sholat tarawih adalah hal lumrah. Mengingat sholat
tarawih pesertanya mbludag, dan seringkali yang hadir tidak hanya yang
biasa ke mesjid tapi juga yang sama sekali gak pernah ngambah mesjid. Biasanya
memang yang gak pernah ngambah mesjid dari kalangan anak-anak adalah mereka
yang sekedar pingin menjadi “Jaburan Hunter” atau “Sendal Jepit
Changer”.
Jaburan Hunter adalah kalangan anak-anak yang hadir ke mesjid sekedar
mengejar hidangan penghibur saat tarawih yang masyhur disebut “jaburan”.
Sedangkan Sendal Jepit Changer adalah kalangan anak-anak yang hadir untuk
sekedar cari-cari sendal bagus buat dituker dengan sendalnya yang bulukan.
Mereka ini sungguh-sungguh mengamalkan nasehat “Tinggalkan yang buruk, ambil
yang baik!”
Walhasil, kalangan Sendal Jepit Changer
ini senantiasa mbikin simbah was-was jika hendak menaruh sandal di pintu masuk
masjid. Apalagi jika sandal jepitnya baru dan agak bermerk, semisal Swallow atau
Daimatu, dua merk sandal jepit kawentar di jaman simbah. Jika
sudah begitu sandal jepit pastilah dibongkok wal diiket, lalu ditaruh di
tempat tersembunyi.
Efek samping kelakuan para sandal jepit
changer ini cukup mengganggu. Sholat tarawih yang harusnya khusyuk berubah
menjadi suasana was-was. Walaupun sudah dibongkok dan ditaruh di tempat
tersembunyi, tetap terpikir, “Ojo-ojo konangan trus diembat”. (Jangan-jangan
ketahuan dan diambil).
Sebenarnya kehilangan terbesar dari kejadian
kelangan sandal jepit ini bukanlah nilai sandal jepitnya. Kalau dikalkulasi,
nilai sandal jepitnya sendiri tak cukup mahal untuk dibeli. Kehilangan terbesar
dari peristiwa tersebut adalah “Kehilangan Rasa Aman”.
Rasa aman ini tak bisa dibeli. Satu negeri
yang rasa amannya tercabut akan diliputi kekhawatiran dan ketakutan.
Tercabutnya rasa aman adalah bentuk adzab yang dikirim Allah. Musuh-musuh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengalami hal ini. Walaupun
jumlah dan kekuatan mereka cukup bisa membuat mereka disebut adikuasa atau
adidaya, namun Allah kirim rasa takut dan khawatir pada mereka sebulan sebelum
muslimin masuk wilayah mereka. Rasa aman adalah hal pertama yang dicabut
Allah saat hendak membinasakan orang kafir.
Di negeri ini, pencurian, perampasan,
pemalakan, pembalakan, sampai penggaglakan paksa dilakukan dengan derajat tahu
sama tahu. Sebenarnya tanpa harus mendatangkan bukti pun, pak pulisi dan jaksa
juga tahu, bahwa orang dengan jabatan tertentu pastilah sulit untuk dikatakan
tidak nyolong hingga terbukti sebaliknya. Kelakuan ini mencabut rasa aman semua
orang. Apalagi orang-orang tersebut tak pernah dihukum dengan pantas. Jangankan
dihukum, ditangkap saja tidak mengingat ini adalah Negara hukum. Dan sebelum
nyolong memang orang harus paham hukum agar bisa berkelit dan nyolongnya tak
dikenai pasal hukum.
Saat rasa aman ini tercabut, dimana-mana yang
ada adalah rasa takut dan khawatir. Di jalan, di tempat kerja, di tempat
hiburan, dan juga bahkan di tempat ibadah. Orang jual beli tak lagi aman.
Berurusan dengan apapun tak aman. Naruh mobil, motor bahkan onthelpun tak lagi
aman. Bahkan sekedar diambil sampahnya pun tak lagi aman, ketika pandangan
penuh curiga dialamatkan pada pemulung yang diantaranya terdapat oknum yang
pernah khianat.
Aman dan iman adalah dua hal yang
berhubungan. Saat tak ada iman, akan muncul tindakan orang-orang yang mencabut
rasa aman. Rasa aman akan diturunkan Allah ke tengah-tengah penduduk negeri,
saat penduduk negeri itu menghadirkan perilaku iman. Perilaku yang terjaga
dengan iman mencegah orang melakukan hal-hal tercela yang berakibat tercabut
rasa aman.
Sayangnya pembahasan tentang pentingnya iman
tak lagi gencar. Orang sibuk membuat pagar-pagar yang mengandalkan pengawasan
manusia. Selain tak murah, manusia masih bisa dibeli, yang berakibat sang
pengawas dan yang diawasi bergotong royong merobohkan rasa aman.
Tanpa basa-basi: mari kita gencarkan bicara pentingnya iman.
Dan tentu saja iman yang diikuti amal sholeh. Dengan itu Allah akan turunkan
keamanan dan rasa aman. Siapa sih yang merasa tidak aman saat yang menjaga
adalah Allah?
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu…..!” demikian potongan
nasehat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.