Prasetyo dihardjo
WEB PENDIDIKAN SMP AL - IKHLAS JAKARTA

Selamat datang di Weeb kami hadir untuk memberikan dan melayani anda

 

Melayani dan Memberi

Beberapa waktu lalu, saya banyak mendapat pencerahan tentang resep kaya (resep untuk menjadi kaya), baik dari Ust, Yusuf Mansur  The Power, dan lain-lain, yaitu MEMBERI. Pendapat konvensional (kaum rasionalis) menyatakan untuk menjadi kaya kita harus MENABUNG, sedangkan menurut mereka-mereka yang di atas itu, justru resep kaya itu sebaliknya. Awalnya memang berat dan serasa tidak masuk akal, mau kaya kok malah memberikan apa yang sedang kita punyai, habis donk kekayaan kita?

Tapi memang setelah saya pelajari dari beberapa kitab suci (Al-Qur’an dan beberapa lainnya), di situ selalu disampaikan untuk memberikan sepersekian dari pendapatan kita untuk kemanusiaan dalam berbagai bentuk: shadaqah, zakat, hadiah, infaq, charity, dan banyak lagi. Bahkan, Al-Qur’an berani menjamin bahwa apa yang kita berikan akan kembali lagi 700 kali lipat! Bagi yang religius, janji siapa lagi yang lebih pasti dibanding janji Tuhan?

Bagi yang kurang religius, hukum alam ini tetap (makanya bisa dirumuskan oleh ahli-ahli Fisika), termasuk hukum keseimbangan dan hukum tarik menarik. Barangsiapa memberi, akan kembali kepadanya lagi. Jika memberi diikuti dengan ikhlas dan senang hati bahkan kembalinya akan menjadi berlipat ganda dari pemberian kita.

Hukum alam ini begitu sempurna. Pasti apa yang kita berikan akan kembali kepada kita, hanya saja bentuk dan jumlahnya (kualitas dan kuantitasnya) bisa berbeda tergantung faktor-faktor yang ada ketika kita memberi. Kalau kita memberi dengan faktor yang mendukung seperti ikhlas, senang, bahagia, maka kuantitas dan kualitas yang kita terima akan meningkat. Sebaliknya, jika diikuti faktor yang melemahkan seperti merasa rugi, diiringi perkataan buruk, menyesal, maka kembalinya akan lebih rendah kuantitas dan kualitasnya bahkan minus. Sudah saya buktikan sendiri, mungkin Anda punya pengalaman yang sama?

Hari ini, saya membaca buku tentang bagaimana menjadi pemimpin hebat. Selama ini saya dan mungkin kita berpikir menjadi pemimpin itu dilayani dan dihormati oleh bawahan. Menurut buku ini, justru sebaliknya langkah nomor satu untuk menjadi pemimpin hebat adalah MELAYANI.

Melayani disini salah satunya adalah mau menjadi mentor dan tempat bertanya bagi karyawan yang mengalami masalah baik pribadi maupun pekerjaan mereka. Dengan mau mendengar saja, karyawan akan merasa senang, apalagi jika kita punya solusinya, mereka akan lebih semangat dalam bekerja dan akan meningkatkan kinerja perusahaan juga pada akhirnya. Ada banyak bentuk lainnya bagaimana melayani, tidak cukup hanya kepada karyawan tapi juga kepada konsumen dan mitra bisnis.

Jadi, kalau mau menjadi pemimpin hebat, pemimpin yang memiliki perusahaan/organisasi yang maju, harus mau melayani, termasuk melayani bawahan, efeknya kita akan dilayani oleh bawahan, dalam berbagai bentuk, salah satunya bekerja dengan maksimal untuk perusahaan.

Kalau dikaitkan dengan MEMBERI, melayani merupakan bentuk lain dari memberi. Kita memberi apapun akan kembali dalam bentuk itu juga ataupun bentuk lain yang lebih baik atau lebih buruk, tergantung niat, emosi, dan pikiran kita ketika memberinya.

Intinya, harus kita dulu yang memulai. “Ibda’ binafsika“, mulailah dengan dirimu.

Atau kalau pernyataan di atas dibalik, jika ada sesuatu yang buruk menimpamu, maka lihatlah kembali apakah kamu pernah melakukan (memberikan perlakuan) buruk sebelumnya